Aplikasi

Saturday 1 November 2014

Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia?

Negara Indonesia adalah Negara Maritim terbesar di dunia. Dengan kondisi geografis di mana 70% luas wilayah Indonesia adalah laut, maka Negara Indonesia harus menjadi negara maritim yang kuat dan disegani dunia. Sejak jaman dahulu nenek moyang kita telah sangat dikenal sebagai pelaut yang handal, dan sudah terbiasa berkeliling dunia sampai ke Afrika dan Amerika. Kerajaan Sriwijaya adalah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tengara waktu itu. Sampai-sampai ada sebuah lagu anak-anak yang sangat populer waktu saya kecil dulu yang berjudul " Nenek moyangku seorang pelaut". Kalau ada yang sudah lupa, maka saya kasih liriknya;
"nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa

angin bertiup layar terkembang
ombak berdebur di tepi pantai
pemuda berani bangkit sekarang
ke laut kita beramai-ramai"


Dan di era Presiden Soekarno, Indonesia menjelma menjadi negara dengan kekuatan maritim yang sangat disegani, kekuatan militer kita adalah yang ke-3 terbesar di dinia waktu itu. Hal itulah yang menyebabkan Belanda jadi ciut nyali dalam sengketa perebutan Irian Barat.

Lalu sekarang bagaimana?
Semenjak bergulirnya Orde Baru, kekuatan maritim kita semakin mundur. Akibat pengawasan yang lemah, Kekayaan laut yang melimpah hanya menjadi santapan empuk negara asing. Illegal logging, illegal fishing, pengrusakan terumbu karang, menjadi sangat leluasa dan merajalela. Dan setiap tahun negara menderita kerugian puluhan triliun akibat praktek-praktek ilegal tersebut.

Kini pemerintahan baru telah terbentuk. Di bawah kepemimpinan Presiden Joko widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ada sebuah harapan tersemat ketika mendengar salah satu program kampanye beliau yang berjanji ingin mengembalikan jati diri bangsa Indonesia sebagai negara maritim.
Dalam pidato kenegaraannya usai dilantik sebagai Presiden, Jokowi kembali menyinggung visinya dalam memperkuat kemaritiman Indonesia pada masa depan. "Kita telah lama memunggungi samudra, laut, selat, dan teluk. Maka, mulai hari ini, kita kembalikan kejayaan nenek moyang sebagai pelaut pemberani. Menghadapi badai dan gelombang di atas kapal bernama Republik Indonesia."
Tentunya kita berharap bahwa tekad Presiden baru kita ini akan benar-benar menjadi kenyataan, sebab kekayaan laut kita sangat jauh melimpah dibanding dengan kekayaan laut negara-negara tetangga. Adalah ironis apabila hasil laut kita kalah jauh dengan negara tetangga seperti malaysia, thailand, bahkan mungkin Vietnam. Melihat perbandingan luas laut kita dengan luas laut negara-negara tersebut, seharusnya hasil laut kita lebih banyak bahkan berlipat-lipat dari mereka. Tapi kenyataannya justru terbalik, kita terpuruk dalam bidang kelautan.

Presiden pertama RI Soekarno dalam pidato di tahun 1953 menegaskan, “Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan. Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawati samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri.” Kata-kata Bung Karno ini seolah menjadi pemacu semangat pemerintahan baru untuk “kembali” ke laut.
Dan pada akhirnya kita harus yakin bahwa kejayaan bangsa Indonesia yang telah lama surut, akan dapat kita wujudkan kembali. Di bawah pemerintahan baru, Harapan baru kita gantungkan,,,
"JALESVEVA JAYAMAHE'.

No comments: